Senin, 08 Juni 2015

Hanya minuman dingin yang mengerti aku

jika hanya sekedar makan, tidak perlu tempat yang mewah. tidak perlu makanan yang enak.
Tepat disana di depan stadion bima. Menurutku tempat yang nyaman untuk makan, meski hanya hidangan nasi dengan telur dadar dengan hiasan kecap disana.
tempat yang sederhana namun menenangkan.
Tempat yang penuh dengan keramaian dan ditemani semilir angin yang menemani.
Menurutku itu adalah suasana yang romantis, meskipun hanya ada aku seorang yang duduk di depan meja pendek dari kayu itu dengan alas karpet berwaena biru, inilah tempat favoritku.
Sungguh hanya minuman dingin itulah yang mampu mengerti aku saat suasanaku kacau.
Dengan senyum ramah ibu itu, pemilik warung dengan paras yang apik, dan senyumnya yang manis.
Aku terkesan.. Aku terkesan...
Lantas siapa lagi yang dapat mengerti aku selain minuman dingin itu ?
***

Sabtu, 06 Juni 2015

Mawar Merah dibalik Kelambu Hitam

Mawar Merah Dibalik Kelambu Hitam
Entah luka seperti apa yang membuatku sesakit ini!
Kata manis yang kau berikan hanya sebatas manis, tidak membarikanku kenikmatan atau kebahagiaan yang nyata. Melainkan sesuatu dibalik itu yang kau inginkan dariku. Hanya itu.
Goresan luka yang dulu kau buat, kini kau goreskan lagi dengan pisau yang lebih tajam.
Aku berusaha untuk selalu menghormatimu, menghargaimu, dan menahan amarahku.
Namun, Mengapa sekarang ?
Semester 4 ku, nilaiku, semangat belajarku, semangat mencari beasiswaku yang sudah aku persiapkan kau robohkan seperti kau melempar bola bolling kesana.
Itu membuatku kehilangan mood yang seharusnya ada.
Kau cekik aku dan kau siksa batinku dengan sikapmu yang ketus. Tubuh yang penuh dengan duri, manakala aku mencoba menyentuhmu, disaat itulah durimu melukaiku.
Apa yang harus ku pakai untuk membalutnya?  harus dengan apa aku membersihkannya ?
Kau mendapat jackpot. Selamat!
Tidak dihargai oleh saudara itu lebih menyakitkan daripada tidak dihargai warga satu kelas!
Aku sudah terbiasa di masa yang lalu, namun, haruskah aku mengalaminya lagi ? karena  saudaraku?
Aku lebih baik menjadi orang lain yang dapat dihargai oleh orang lain.
Daripada aku harus menjadi diriku sendiri yang tidak dihargai oleh saudaraku sendiri !
Jika boleh memilih, aku lebih memilih menjadi anak tunggal atau tidak dilahirkan sama sekali
Daripada aku harus hidup diantara mereka yang tak pernah menganggap keberadaanku !.
Aku adalah seorang kakak, aku juga seorang adik, tapi apa yang dapat aku rasakan ? hanya sabatas formalitas mugkin.
Dan kini hanya rasa sakit yang dapat aku rasakan. Tidak ada lagi senyum yang mengiringi hari-hariku. Entah sampai kapan.
Titik air mata yang mulai berjatuhan sesaat setelah ku mekarkan senyuman untuk orang lain, sesaat setelah aku melihat pohon yang tertiup angin, saat aku menghadap-Nya, dan dipertengahan tidurku selalu terlintas saat itu, saat kau menggoreskan luka di hati ini hingga hati ini penuh dengan luka yang tipis, tebal dan dalam.
Aku rasa lukanya cukup dalam, namun sayangnya itu tidak langsung membunuhku. Hanya membunuh kebahagiaanku saja.
6 juni 2015 ini hampir 5 kali aku menitihkan air mataku. Ah, Kapan air mataku akan kering? Oh aku mengharapkannya.!
Lelah rasanya, tapi apa aku masih bisa berkata lelah ?! sudahlah!, aku sudah mengatakannya ribuan kali.
Tulisan inipun takan kekeringan karena setiap katanya dibanjiri dengan sumber air mata yang tak akan pernah kering.
Hidupku seperti sebuah sampah dalam keluarga, yang entah kedua orang tua ku pun mengetahui keadaanku ini atau tidak. Yang sudah 19 tahun aku menjadi anaknya dan 10 tahun aku tinggal bersamanya.
Kini aku bukanlah aku. Aku tlah menjadi sosok lain yang entah aku pun tidak tau seperti apa aku sekarang! Sungguh menyedihkan.
Kau telah berhasil !. Kau telah berhasil menutupi mawar merah dengan kelambu hitam yang telah kau buat. Keindahan Mawar merah yang takan pernah bisa dilihat. Keindahan yang ada untuk dirinya sendiri. Yang mungkin akan mati tanpa diketahui dunia diluar sana.
Sekarang, aku tak tau harus kemana akan kubawa diriku, harus kemana aku memungut serpihan-serpihan semangat yang telah hilang itu. Aku yang kebingungan di duniaku sendiri.
Aku serahkan ini pada-Mu ya Rabb. Berikanlah jawaban atas petanyaan hambamu yang hina ini. Adakah orang-orang yang masih perduli terhadapku ? mungkinkah ada ? beri tahu aku ?!
...
Untukmu…
Suatu hari nanti jangan cari aku jika aku pergi, karna sudah kupastikan kau tidak akan melihatku lagi.

Rounded Rectangle: Desi Nurlaela Fani
Hal  yang terlupakan

Mungkin 15-20 tahun mendatang baru kau akan sadar bahwa aku pernah hadir diantaramu, hadir sebagai saudaramu.