Selasa, 23 Juni 2015
Senin, 08 Juni 2015
Hanya minuman dingin yang mengerti aku
jika hanya sekedar makan, tidak perlu tempat yang mewah. tidak perlu makanan yang enak.
Tepat disana di depan stadion bima. Menurutku tempat yang nyaman untuk makan, meski hanya hidangan nasi dengan telur dadar dengan hiasan kecap disana.
tempat yang sederhana namun menenangkan.
Tempat yang penuh dengan keramaian dan ditemani semilir angin yang menemani.
Menurutku itu adalah suasana yang romantis, meskipun hanya ada aku seorang yang duduk di depan meja pendek dari kayu itu dengan alas karpet berwaena biru, inilah tempat favoritku.
Sungguh hanya minuman dingin itulah yang mampu mengerti aku saat suasanaku kacau.
Dengan senyum ramah ibu itu, pemilik warung dengan paras yang apik, dan senyumnya yang manis.
Aku terkesan.. Aku terkesan...
Lantas siapa lagi yang dapat mengerti aku selain minuman dingin itu ?
Tepat disana di depan stadion bima. Menurutku tempat yang nyaman untuk makan, meski hanya hidangan nasi dengan telur dadar dengan hiasan kecap disana.
tempat yang sederhana namun menenangkan.
Tempat yang penuh dengan keramaian dan ditemani semilir angin yang menemani.
Menurutku itu adalah suasana yang romantis, meskipun hanya ada aku seorang yang duduk di depan meja pendek dari kayu itu dengan alas karpet berwaena biru, inilah tempat favoritku.
Sungguh hanya minuman dingin itulah yang mampu mengerti aku saat suasanaku kacau.
Dengan senyum ramah ibu itu, pemilik warung dengan paras yang apik, dan senyumnya yang manis.
Aku terkesan.. Aku terkesan...
Lantas siapa lagi yang dapat mengerti aku selain minuman dingin itu ?
***
Sabtu, 06 Juni 2015
Mawar Merah dibalik Kelambu Hitam
Mawar Merah Dibalik Kelambu Hitam
Entah luka seperti
apa yang membuatku sesakit ini!
Kata manis yang
kau berikan hanya sebatas manis, tidak membarikanku kenikmatan atau kebahagiaan
yang nyata. Melainkan sesuatu dibalik itu yang kau inginkan dariku. Hanya itu.
Goresan luka yang
dulu kau buat, kini kau goreskan lagi dengan pisau yang lebih tajam.
Aku berusaha untuk
selalu menghormatimu, menghargaimu, dan menahan amarahku.
Namun, Mengapa
sekarang ?
Semester 4 ku,
nilaiku, semangat belajarku, semangat mencari beasiswaku yang sudah aku
persiapkan kau robohkan seperti kau melempar bola bolling kesana.
Itu membuatku
kehilangan mood yang seharusnya ada.
Kau cekik aku dan
kau siksa batinku dengan sikapmu yang ketus. Tubuh yang penuh dengan duri,
manakala aku mencoba menyentuhmu, disaat itulah durimu melukaiku.
Apa yang harus ku
pakai untuk membalutnya? harus dengan
apa aku membersihkannya ?
Kau mendapat
jackpot. Selamat!
Tidak dihargai
oleh saudara itu lebih menyakitkan daripada tidak dihargai warga satu kelas!
Aku sudah terbiasa
di masa yang lalu, namun, haruskah aku mengalaminya lagi ? karena saudaraku?
Aku lebih baik
menjadi orang lain yang dapat dihargai oleh orang lain.
Daripada aku harus
menjadi diriku sendiri yang tidak dihargai oleh saudaraku sendiri !
Jika boleh
memilih, aku lebih memilih menjadi anak tunggal atau tidak dilahirkan sama
sekali
Daripada aku harus
hidup diantara mereka yang tak pernah menganggap keberadaanku !.
Aku adalah seorang
kakak, aku juga seorang adik, tapi apa yang dapat aku rasakan ? hanya sabatas
formalitas mugkin.
Dan kini hanya
rasa sakit yang dapat aku rasakan. Tidak ada lagi senyum yang mengiringi
hari-hariku. Entah sampai kapan.
Titik air mata
yang mulai berjatuhan sesaat setelah ku mekarkan senyuman untuk orang lain,
sesaat setelah aku melihat pohon yang tertiup angin, saat aku menghadap-Nya,
dan dipertengahan tidurku selalu terlintas saat itu, saat kau menggoreskan luka
di hati ini hingga hati ini penuh dengan luka yang tipis, tebal dan dalam.
Aku rasa lukanya
cukup dalam, namun sayangnya itu tidak langsung membunuhku. Hanya membunuh
kebahagiaanku saja.
6 juni 2015 ini
hampir 5 kali aku menitihkan air mataku. Ah, Kapan air mataku akan kering? Oh aku
mengharapkannya.!
Lelah rasanya,
tapi apa aku masih bisa berkata lelah ?! sudahlah!, aku sudah mengatakannya
ribuan kali.
Tulisan inipun
takan kekeringan karena setiap katanya dibanjiri dengan sumber air mata yang
tak akan pernah kering.
Hidupku seperti
sebuah sampah dalam keluarga, yang entah kedua orang tua ku pun mengetahui keadaanku
ini atau tidak. Yang sudah 19 tahun aku menjadi anaknya dan 10 tahun aku
tinggal bersamanya.
Kini aku bukanlah
aku. Aku tlah menjadi sosok lain yang entah aku pun tidak tau seperti apa aku
sekarang! Sungguh menyedihkan.
Kau telah berhasil
!. Kau telah berhasil menutupi mawar merah dengan kelambu hitam yang telah kau
buat. Keindahan Mawar merah yang takan pernah bisa dilihat. Keindahan yang ada
untuk dirinya sendiri. Yang mungkin akan mati tanpa diketahui dunia diluar
sana.
Sekarang, aku tak
tau harus kemana akan kubawa diriku, harus kemana aku memungut
serpihan-serpihan semangat yang telah hilang itu. Aku yang kebingungan di
duniaku sendiri.
Aku serahkan ini
pada-Mu ya Rabb. Berikanlah jawaban atas petanyaan hambamu yang hina ini.
Adakah orang-orang yang masih perduli terhadapku ? mungkinkah ada ? beri tahu
aku ?!
...
Untukmu…
Suatu hari nanti
jangan cari aku jika aku pergi, karna sudah kupastikan kau tidak akan melihatku
lagi.
Mungkin 15-20 tahun
mendatang baru kau akan sadar bahwa aku pernah hadir diantaramu, hadir sebagai
saudaramu.
Langganan:
Komentar (Atom)
